Prototipe Zapira Portable yang terdiri dari dua bagian, yakni perangkat di luar ruangan (pipa, turbin) dan perangkat di dalam ruangan (Foto: Ika for BATUKITA.com)
BATUKITA, Kota Malang - Ide cemerlang untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga digagas tiga mahasiswi calon guru SD dari Universitas Negeri Malang. Ika Febriana Wati, Yunita Miftahul Jannah dan Eka Ajeng Fabela membuat alat pembangkit listrik tenaga air hujan. Alat pembangkit mini ini bernama Zapira (Utilization of Rapid Rain) Portable. Alat ini dipasang di talang air rumah pengguna agar bisa menghasilkan listrik.
Ketika hujan deras, air yang mengalir ke talang akan menggerakkan turbin dalam alat Zapira. Gerak turbin diubah menjadi listrik lalu disimpan dalam baterai (aki) yang terhubung. Cara kerjanya sederhana.
Ika Febriana Wati, juru bicara ketiga mahasiswi ini mengungkapkan, Zapira Portable adalah inovasi alat pembangkit listrik ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi Indonesia sebagai negara bercurah hujan tinggi.
Alat ini juga praktis karena ukurannya kecil dan mudah dioperasikan oleh siapapun. Ia dan tim telah membuat petunjuk penggunaan dalam bentuk manual book, video mengenai tata cara penggunaan dan juga aplikasi berbasis android.
Zapira Portable dirancang dengan bentuk yang bisa dibongkar pasang dan dapat ditempatkan di segala macam bangunan yang memiliki talang air.
Terdapat dua bagian utama dari design perangkat. Pertama perangkat bagian luar yang bersentuhan langsung dengan air hujan. Kedua perangkat bagian dalam yang dikemas dalam sebuah packaging berbentuk balok berukuran sekitar 40 cm x 20 cm x 15 cm. Dengan ukuran mini itu, membuatnya menjadi sebuah perangkat yang portable (mudah dipindah-pindah).
Komponen Zapira Portable terdiri dari poros turbin, turbin, pipa PVC 2,5 inchi, generator DC 24 volt, aki DC 12 volt, dan boost step up DC to DC. Bagian-bagian tersebut akan dirangkai sehingga berbentuk perangkat yang fungsional.
Sementara alat dan bahan tambahan untuk menguji fungsi Zapira meliputi multimeter, lampu LED, fitting lampu, stop kontak, tespen, solder, kawat timah, kabel, dan flow meter.
Ika menjelaskan, rata-rata curah hujan di Indonesia adalah 5-8 liter/menit. Bentuk atap rumah di Indonesia mayoritas terbagi menjadi dua sisi yang sama luas dengan satu talang di masing-masing sisi. Luas atap rata-rata di Indonesia berkisar 36-120 meter persegi.
Apabila dirata-rata maka luas atap adalah 78 meter persegi, jadi satu sisi atap rumah berkisar pada 39 meter persegi. Jika luas atap rumah yang mengalirkan air hujan ke talang dianggap luas penampang, maka daya yang dihasilkan sekitar 45,4 sampai 72,6 Watt.
Mereka berharap kehadiran alat ini mampu mendorong pemerataan listrik hingga di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Menilik data www.pln.co.id , ada 3.660 desa yang belum teraliri listrik.
Selain itu juga bisa mengurangi dampak negatif PLTU utamanya dari sisi limbah. Termasuk mengatasi masalah medan pendistribusian listrik yang sulit dijangkau. (*)
Editor: Yosi Arbianto
Ketika hujan deras, air yang mengalir ke talang akan menggerakkan turbin dalam alat Zapira. Gerak turbin diubah menjadi listrik lalu disimpan dalam baterai (aki) yang terhubung. Cara kerjanya sederhana.
Ika Febriana Wati, juru bicara ketiga mahasiswi ini mengungkapkan, Zapira Portable adalah inovasi alat pembangkit listrik ramah lingkungan dengan memanfaatkan potensi Indonesia sebagai negara bercurah hujan tinggi.
Alat ini juga praktis karena ukurannya kecil dan mudah dioperasikan oleh siapapun. Ia dan tim telah membuat petunjuk penggunaan dalam bentuk manual book, video mengenai tata cara penggunaan dan juga aplikasi berbasis android.
Zapira Portable dirancang dengan bentuk yang bisa dibongkar pasang dan dapat ditempatkan di segala macam bangunan yang memiliki talang air.
Terdapat dua bagian utama dari design perangkat. Pertama perangkat bagian luar yang bersentuhan langsung dengan air hujan. Kedua perangkat bagian dalam yang dikemas dalam sebuah packaging berbentuk balok berukuran sekitar 40 cm x 20 cm x 15 cm. Dengan ukuran mini itu, membuatnya menjadi sebuah perangkat yang portable (mudah dipindah-pindah).
Tiga mahasiswi PGSD Universitas Negeri Malang: Ika Febriana Wati, Yunita Miftahul Jannah dan Eka Ajeng Fabela (Foto: Ika for BATUKITA.com)
Komponen Zapira Portable terdiri dari poros turbin, turbin, pipa PVC 2,5 inchi, generator DC 24 volt, aki DC 12 volt, dan boost step up DC to DC. Bagian-bagian tersebut akan dirangkai sehingga berbentuk perangkat yang fungsional.
Sementara alat dan bahan tambahan untuk menguji fungsi Zapira meliputi multimeter, lampu LED, fitting lampu, stop kontak, tespen, solder, kawat timah, kabel, dan flow meter.
Ika menjelaskan, rata-rata curah hujan di Indonesia adalah 5-8 liter/menit. Bentuk atap rumah di Indonesia mayoritas terbagi menjadi dua sisi yang sama luas dengan satu talang di masing-masing sisi. Luas atap rata-rata di Indonesia berkisar 36-120 meter persegi.
Apabila dirata-rata maka luas atap adalah 78 meter persegi, jadi satu sisi atap rumah berkisar pada 39 meter persegi. Jika luas atap rumah yang mengalirkan air hujan ke talang dianggap luas penampang, maka daya yang dihasilkan sekitar 45,4 sampai 72,6 Watt.
Mereka berharap kehadiran alat ini mampu mendorong pemerataan listrik hingga di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Menilik data www.pln.co.id , ada 3.660 desa yang belum teraliri listrik.
Selain itu juga bisa mengurangi dampak negatif PLTU utamanya dari sisi limbah. Termasuk mengatasi masalah medan pendistribusian listrik yang sulit dijangkau. (*)
Editor: Yosi Arbianto