Rob Coe, membawakan materi Evidence Based Education memaparkan apa yang membuat pengajaran luar biasa, pada Cambridge Schools Conference di Bali Nusa Dua Convention Center, 9 Desember 2019. (Foto: cambridge for BATUKITA.com)
BATUKITA-NUSADUA - Lebih dari 400 pemimpin dan ahli sektor pendidikan seluruh dunia berkumpul di Nusa Dua Convention Center, Bali, Senin 9 Desember 2019. Mereka hadir mengikuti Cambridge Schools Conference 2019.
Dalam konferensi dua hari (9,10 Desember) ini, para ahli pendidikan membahas tantangan-tantangan terdepan di bidang pendidikan, termasuk inovasi pembelajaran dan pemberdayaan guru.
Konferensi ini mengangkat tema "Mengevaluasi Dampak: Seberapa Efektif Praktik di Sekolah dan Ruang Kelas Kita?"
Tahun 2019 ini, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah konferensi yang digelar oleh Cambridge Assessment International Education. Hadir perwakilan 271 sekolah dari 37 negara Asia Pasifik, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan.
"Konferensi kami menghadirkan pembicara-pembicara yang memantik pemikiran dan menyuguhkan solusi-solusi inovatif berbasis pengalaman dan data yang dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah dan para pengajar di seluruh dunia, termasuk Indonesia,” ujar Ben Schmidt, Regional Director Southeast Asia & Pacific, Cambridge Assessment International Education.
"Di sini, kami memiliki fokus yang kuat pada masa depan. Apa artinya bagi pelajar dan guru dari seluruh dunia, dan bagaimana Cambridge International dapat mendukung mereka. Saya rasa kualitas diskusi dan wawasan dalam konferensi ini mencerminkan dukungan kuat yang tersedia secara khusus di sekolah-sekolah Cambridge." sambungnya.
Konferensi ini menawarkan pemaparan mendalam, dan juga diskusi dan workshop yang interaktif. Di mana para pengajar Indonesia bertemu dengan rekan-rekan internasional untuk saling berbagi praktik terbaik (best practice).
Tema yang diangkat menanggapi tantangan-tantangan terkini yang dihadapi oleh sektor pendidikan di Indonesia. Seperti penguatan kapasitas dan pengembangan profesional guru, dan mendorong pembelajaran inovatif.
Director of Research and Evaluation at Evidence Based Education, Rob Coe, dari Inggris, membahas bagaimana menyusun pendekatan berbasis data untuk pengajaran yang baik.
Dr. Gerard Calnin dari Education University of Hong Kong berbagi soal bagaimana menggunakan evaluasi sekolah dan guru guna memaksimalkan peluang pertumbuhan untuk sekolah, guru, dan pelajar.
Pada hari kedua konferensi, giliran Dr. Liz Taylor. Konsultan pendidikan dan mantan dosen di Universitas Cambridge, Inggris ini memperkenalkan konsep “riset praktisi” untuk mendukung guru dalam berintrospeksi dan menilai secara kritis praktik mengajar mereka.
"Visi baru pemerintah Indonesia untuk masa depan pendidikan sejalan dengan tema-tema yang diusung Cambridge Schools Conference. Konferensi ini mendorong pemikiran kritis dan keterlibatan sosial antara para pengajar dari Indonesia dan dari seluruh dunia, dengan tujuan menemukan cara-cara yang inovatif untuk meningkatkan praktik mengajar kami,” ujar Dian Indah Apriyani, Senior Country Manager Indonesia, Cambridge Assessment International Education.
"Kami menelusuri ide-ide baru dalam ranah pendidikan, termasuk di dalamnya mendorong budaya riset di sekolah-sekolah, mempromosikan pembelajaran mandiri, menguatkan evaluasi guru, memadukan teknologi digital dalam pembelajaran dalam kelas, dan menyiapkan pelajar-pelajar kami untuk menempuh pendidikan di universitas luar negeri.” lanjut Dian.
Ada pula sesi pelajar dalam konferensi. Yakni menampilkan enam murid dari tiga sekolah di Bali yaitu Dyatmika School, Taman Rama Intercultural School, dan Sekolah Lentera Kasih Bali.
Mereka membagikan pengalaman mereka dan bagaimana pendidikan Cambridge International mendukung mereka dalam mengembangkan semangat belajar seumur hidup. Sekaligus mempersiapkan mereka untuk sukses di tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan siap untuk menghadapi tantangan global.
Cambridge International, bagian dari Universitas Cambridge, Inggris, beroperasi di 160 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia, dimana komunitas sekolah Cambridge berkembang signifikan dari 180 menjadi 218 sekolah dalam dua tahun terakhir.
Cambridge Pathway memberikan jalur yang nyata dalam mencapai keberhasilan pendidikan dari umur 5 hingga 19 tahun. Sekolah dapat membentuk kurikulum seputar bagaimana mereka ingin para siswanya untuk belajar dengan beragam mata pelajaran dan cara yang fleksibel untuk mengajarkannya.
Hal ini membantu para siswa dalam menemukan kemampuan-kemampuan baru dan memperluas pandangan mereka terhadap dunia, serta memberikan mereka kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan, sehingga mereka bisa sukses di sekolah, universitas, dan dunia kerja.
Cambridge International merupakan sebutan pendek dari Cambridge Assessment International Education. (*)
Editor: Yosi Arbianto
Dalam konferensi dua hari (9,10 Desember) ini, para ahli pendidikan membahas tantangan-tantangan terdepan di bidang pendidikan, termasuk inovasi pembelajaran dan pemberdayaan guru.
Konferensi ini mengangkat tema "Mengevaluasi Dampak: Seberapa Efektif Praktik di Sekolah dan Ruang Kelas Kita?"
Tahun 2019 ini, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah konferensi yang digelar oleh Cambridge Assessment International Education. Hadir perwakilan 271 sekolah dari 37 negara Asia Pasifik, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan.
"Konferensi kami menghadirkan pembicara-pembicara yang memantik pemikiran dan menyuguhkan solusi-solusi inovatif berbasis pengalaman dan data yang dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah dan para pengajar di seluruh dunia, termasuk Indonesia,” ujar Ben Schmidt, Regional Director Southeast Asia & Pacific, Cambridge Assessment International Education.
"Di sini, kami memiliki fokus yang kuat pada masa depan. Apa artinya bagi pelajar dan guru dari seluruh dunia, dan bagaimana Cambridge International dapat mendukung mereka. Saya rasa kualitas diskusi dan wawasan dalam konferensi ini mencerminkan dukungan kuat yang tersedia secara khusus di sekolah-sekolah Cambridge." sambungnya.
Konferensi ini menawarkan pemaparan mendalam, dan juga diskusi dan workshop yang interaktif. Di mana para pengajar Indonesia bertemu dengan rekan-rekan internasional untuk saling berbagi praktik terbaik (best practice).
Tema yang diangkat menanggapi tantangan-tantangan terkini yang dihadapi oleh sektor pendidikan di Indonesia. Seperti penguatan kapasitas dan pengembangan profesional guru, dan mendorong pembelajaran inovatif.
Director of Research and Evaluation at Evidence Based Education, Rob Coe, dari Inggris, membahas bagaimana menyusun pendekatan berbasis data untuk pengajaran yang baik.
Dr. Gerard Calnin dari Education University of Hong Kong berbagi soal bagaimana menggunakan evaluasi sekolah dan guru guna memaksimalkan peluang pertumbuhan untuk sekolah, guru, dan pelajar.
Pada hari kedua konferensi, giliran Dr. Liz Taylor. Konsultan pendidikan dan mantan dosen di Universitas Cambridge, Inggris ini memperkenalkan konsep “riset praktisi” untuk mendukung guru dalam berintrospeksi dan menilai secara kritis praktik mengajar mereka.
"Visi baru pemerintah Indonesia untuk masa depan pendidikan sejalan dengan tema-tema yang diusung Cambridge Schools Conference. Konferensi ini mendorong pemikiran kritis dan keterlibatan sosial antara para pengajar dari Indonesia dan dari seluruh dunia, dengan tujuan menemukan cara-cara yang inovatif untuk meningkatkan praktik mengajar kami,” ujar Dian Indah Apriyani, Senior Country Manager Indonesia, Cambridge Assessment International Education.
"Kami menelusuri ide-ide baru dalam ranah pendidikan, termasuk di dalamnya mendorong budaya riset di sekolah-sekolah, mempromosikan pembelajaran mandiri, menguatkan evaluasi guru, memadukan teknologi digital dalam pembelajaran dalam kelas, dan menyiapkan pelajar-pelajar kami untuk menempuh pendidikan di universitas luar negeri.” lanjut Dian.
Ada pula sesi pelajar dalam konferensi. Yakni menampilkan enam murid dari tiga sekolah di Bali yaitu Dyatmika School, Taman Rama Intercultural School, dan Sekolah Lentera Kasih Bali.
Mereka membagikan pengalaman mereka dan bagaimana pendidikan Cambridge International mendukung mereka dalam mengembangkan semangat belajar seumur hidup. Sekaligus mempersiapkan mereka untuk sukses di tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan siap untuk menghadapi tantangan global.
Cambridge International, bagian dari Universitas Cambridge, Inggris, beroperasi di 160 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia, dimana komunitas sekolah Cambridge berkembang signifikan dari 180 menjadi 218 sekolah dalam dua tahun terakhir.
Tentang Cambridge Assessment International Education
Cambridge Assessment International Education mempersiapkan siswa sekolah untuk menghadapi dunia, membantu membangun rasa keingintahuan dan semangat belajar yang abadi. Kami merupakan bagian dari Universitas Cambridge.Cambridge Pathway memberikan jalur yang nyata dalam mencapai keberhasilan pendidikan dari umur 5 hingga 19 tahun. Sekolah dapat membentuk kurikulum seputar bagaimana mereka ingin para siswanya untuk belajar dengan beragam mata pelajaran dan cara yang fleksibel untuk mengajarkannya.
Hal ini membantu para siswa dalam menemukan kemampuan-kemampuan baru dan memperluas pandangan mereka terhadap dunia, serta memberikan mereka kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan, sehingga mereka bisa sukses di sekolah, universitas, dan dunia kerja.
Cambridge International merupakan sebutan pendek dari Cambridge Assessment International Education. (*)
Editor: Yosi Arbianto