Alpukat Lilin Singkawang juga dikenal sebagai alpukat Bougenville (Foto: gramho.com for BATUKITA.com)
BATUKITA-Singkawang - Alpukat lilin Singkawang saat ini menjadi salah satu alpukat yang tengah tren. Alpukat ini rasanya legit dan punya harga jual selangit.
Lebih dari itu, pohon alpukat Singkawang berbuah tak kenal musim. Ini sangat berbeda dengan alpukat kebanyakan yang berbuah setahun sekali.
Pohon alpukat Singkawang juga bisa berbuah dalam usia muda. Yakni hanya dua tahun sejak ditanam sudah bisa berbuah.
Alpukat ini awalnya milik seorang warga Singkawang bernama Darminto. Ia punya Pohon Induk Tunggal (PIT) Alpukat varietas Lilin. Dari situ alpukat unggul ini menyebar.
"Bersyukur saat ini alpukat asal Kota Singkawang ini semakin dikenal. Dan permintaan akan buah segar semakin tinggi. Begitu juga dengan benihnya, karena kualitas buah dan rasa itu unggul. Ini menjadi ikon Kota Singkawang dan kebanggaan Kalbar," kata Kepala UPT Balai Benih Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat, Anton Komarudin.
Anton menyebutkan buah yang dikenal dengan super food tersebut, permintaannya bukan hanya dari lokal. Namun permintaan sudah datang dari berbagai daerah. Permintaan yang banyak terutama benihnya untuk ditanam atau dibudidayakan di daerah lain.
"Alpukat dari Singkawang ini, secara kualitas dan rasa sangat baik. Permintaannya bahkan dari luar," jelas dia.
Anton menyebutkan harga alpukat lilin Singkawang yang dijual di pasar modern pernah mencapai Rp100.000 per kilogram. Menurutnya harga tersebut boleh dikatakan harga alpukat termahal yang pernah ada.
"Kualitas dan rasa tentu menentukan harga. Dengan harga yang ada dan permintaan tinggi ini, tentu menjadi peluang agrobisnis yang menjanjikan bagi petani alpukat di Singkawang," jelasnya.
Anton memaparkan uniknya alpukat lilin Singkawang tersebut dapat tumbuh baik dan berbuah di dataran rendah. Sedangkan untuk jenis alpukat lainnya agak sulit tumbuh dan jarang berbuah.
"Belum lagi kecepatan berbuah alpukat lilin Singkawang. Usia dua tahun setelah tanam sudah produksi. Bahkan di beberapa tempat bisa berbuah di umur 16 bulan saja," katanya.
Anton menambahkan alpukat lilin Singkawang hampir tanpa musim. Setiap waktu sepanang tahun selalu berbuah. Ada yang tengah berbunga, buah kecil, sedang dan tua.
"Uniknya itu, berbuah tanpa musim dan ada terus. Kadang ada lima tingkat buahnya. Produksinya sangat tinggi," jelas dia.
Dengan sejumlah keunikan dan keunggulan, Anton menyebutkan permintaan bibitnya sangat tinggi. Beruntung, setelah menemukan teknik sambung akupunktur-- yang saat dalam proses paten-- bisa menghasilkan jumlah benih dalam jumlah banyak.
"Saya melakukan uji coba perbanyakan benih dan bersyukur dengan teknik akupunktur bisa memenuhi karena mudah dan cepat," jelas dia.
Anton menyebutkan teknik sambung akupunktur adalah proses menyambung tampan diikat. Melainkan ditusuk dengan jarum pentol. Kemudian mata sambung dari induk tidak harus pucuk, namun mata dahan yang masih muda juga bisa.
"Dalam waktu tiga bulan dari semai biji, sudah bisa ditanam petani melalui teknik sambung akupunktur. Jadi perbanyakan mudah dan cepat. Saat ini kita telah melakukan perbanyakan bibit. Dan bibit untuk perbanyakan dari Pohon Induk Tunggal (PIT) milik petani, Darminto di Singkawang. Dengan upaya yang ada InsyaAllah permintaan bisa dipenuhi," kata dia. (*)
Penulis: Ardi Nugroho
Editor: Yosi Arbianto