PT Kereta Api Indonesia (Persero) resmi reaktivasi jalur Jalur Kereta Api (KA) dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya (Foto: courtesy Yayang Ari Nugraha from redigest.web.id)
BATUKITA.COM-Surabaya - Jalur Kereta Api (KA) dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya kembali terkoneksi dan difungsikan setelah putus semenjak 2016 lalu.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan, dengan terbangunnya konektivitas jalur KA tersebut, maka distribusi logistik akan menjadi lebih efisien.
Didiek menerangkan, integrasi jalur KA dan pelabuhan ini merupakan wujud implementasi MoU antara KAI dan Pelindo III sebagai induk usaha Terminal Petikemas Surabaya. Kesepahaman itu dilakukan pada November 2020 lalu.
"Kami atas nama KAI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pelindo III dan Terminal Petikemas Surabaya atas semangat kolaborasi ini, mewujudkan sinergi dalam bentuk konektivitas angkutan kereta api dan pelabuhan,” terang Didiek dalam keterangan resminya di Jakarta 3 Juni 2021, dikutip dari marjin.id.
Lebih lanjut Didiek mengatakan, reaktivasi angkutan logistik ini merupakan tonggak penting. Dengan diaktifkannya kembali pengoperasian angkutan logistik kereta api dari dan menuju terminal petikemas, dapat memberikan nilai lebih bagi industri logistik. Termasuk nilai lebih bagi kepelabuhanan nasional sebagai value creator dan membuat lebih kompetitif.
"Reaktivasi jalur kereta api yang terintegrasi dengan Terminal Petikemas Surabaya selaras dengan visi KAI, yaitu menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia,” jelas Didiek.
Ia menjelaskan, jalur Terminal Petikemas Surabaya menuju Stasiun Kalimas kembali diaktifkan setelah terakhir beroperasi pada 30 Maret 2016.
KAI telah melakukan berbagai persiapan sebelum jalur itu dinyatakan laik operasi. Di antaranya pembongkaran material yang menutupi jalan rel, penggantian wesel dan bantalan rel baru, serta memperbaiki posisi rel.
Usai dilakukan proses reaktivasi, Terminal Petikemas Surabaya memiliki 2 jalur kereta api. Masing-masing jalur mampu mengakomodir angkutan KA Barang Petikemas dengan rangkaian 10 GD. Sehingga total kapasitas muat Terminal Petikemas Surabaya adalah 20 GD berkapasitas 40 TEUs.
Adapun komoditi yang dilayani di Terminal Petikemas Surabaya yaitu petikemas multikomoditi ekspor-impor.
Dengan terintegrasinya angkutan kereta api dengan pelabuhan ini, maka para mitra angkutan barang KAI kini dapat melakukan bongkar muat di Terminal Petikemas Surabaya Pelabuhan Tanjung Perak.
Menurutnya, potensi angkutan barang dari wilayah Industri di Jatim diharapkan dapat diangkut menggunakan kereta api karena sudah terintegrasi dengan pelabuhan.
Misalnya dari Gresik, dimana jumlah potensi angkutan barang menggunakan kereta api dalam 1 tahun mencapai 377 ribu ton barang.
Selain itu sebut dia, dengan terintegrasinya jalur kereta api dengan pelabuhan, maka diharapkan dapat membuat para pelaku logistik semakin tertarik untuk mengangkut barang dengan kereta api. Karena angkutan barang dengan kereta api memiliki keunggulan, seperti kapasitas, ketepatan waktu, keselamatan, dan keamanan.
"Kami berharap semangat sinergi, kolaborasi, dan konektivitas yang terintegrasi ini dapat sustain untuk membangun value added bagi industri logistik dengan cara lebih efisien. Sehingga biaya logistik nasional yang masih sekitar 23-26 persen secara nasional dapat mendekati negara-negara maju antara 8-12 persen,” pungkas Didiek yang didampingi Direktur Utama Pelindo III, Boy Robyanto dan Direktur Utama TPS Dothy. (*)
Yosi Arbianto
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan, dengan terbangunnya konektivitas jalur KA tersebut, maka distribusi logistik akan menjadi lebih efisien.
Didiek menerangkan, integrasi jalur KA dan pelabuhan ini merupakan wujud implementasi MoU antara KAI dan Pelindo III sebagai induk usaha Terminal Petikemas Surabaya. Kesepahaman itu dilakukan pada November 2020 lalu.
"Kami atas nama KAI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pelindo III dan Terminal Petikemas Surabaya atas semangat kolaborasi ini, mewujudkan sinergi dalam bentuk konektivitas angkutan kereta api dan pelabuhan,” terang Didiek dalam keterangan resminya di Jakarta 3 Juni 2021, dikutip dari marjin.id.
Lebih lanjut Didiek mengatakan, reaktivasi angkutan logistik ini merupakan tonggak penting. Dengan diaktifkannya kembali pengoperasian angkutan logistik kereta api dari dan menuju terminal petikemas, dapat memberikan nilai lebih bagi industri logistik. Termasuk nilai lebih bagi kepelabuhanan nasional sebagai value creator dan membuat lebih kompetitif.
"Reaktivasi jalur kereta api yang terintegrasi dengan Terminal Petikemas Surabaya selaras dengan visi KAI, yaitu menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia,” jelas Didiek.
Ia menjelaskan, jalur Terminal Petikemas Surabaya menuju Stasiun Kalimas kembali diaktifkan setelah terakhir beroperasi pada 30 Maret 2016.
KAI telah melakukan berbagai persiapan sebelum jalur itu dinyatakan laik operasi. Di antaranya pembongkaran material yang menutupi jalan rel, penggantian wesel dan bantalan rel baru, serta memperbaiki posisi rel.
Usai dilakukan proses reaktivasi, Terminal Petikemas Surabaya memiliki 2 jalur kereta api. Masing-masing jalur mampu mengakomodir angkutan KA Barang Petikemas dengan rangkaian 10 GD. Sehingga total kapasitas muat Terminal Petikemas Surabaya adalah 20 GD berkapasitas 40 TEUs.
Adapun komoditi yang dilayani di Terminal Petikemas Surabaya yaitu petikemas multikomoditi ekspor-impor.
Dengan terintegrasinya angkutan kereta api dengan pelabuhan ini, maka para mitra angkutan barang KAI kini dapat melakukan bongkar muat di Terminal Petikemas Surabaya Pelabuhan Tanjung Perak.
Menurutnya, potensi angkutan barang dari wilayah Industri di Jatim diharapkan dapat diangkut menggunakan kereta api karena sudah terintegrasi dengan pelabuhan.
Misalnya dari Gresik, dimana jumlah potensi angkutan barang menggunakan kereta api dalam 1 tahun mencapai 377 ribu ton barang.
Selain itu sebut dia, dengan terintegrasinya jalur kereta api dengan pelabuhan, maka diharapkan dapat membuat para pelaku logistik semakin tertarik untuk mengangkut barang dengan kereta api. Karena angkutan barang dengan kereta api memiliki keunggulan, seperti kapasitas, ketepatan waktu, keselamatan, dan keamanan.
"Kami berharap semangat sinergi, kolaborasi, dan konektivitas yang terintegrasi ini dapat sustain untuk membangun value added bagi industri logistik dengan cara lebih efisien. Sehingga biaya logistik nasional yang masih sekitar 23-26 persen secara nasional dapat mendekati negara-negara maju antara 8-12 persen,” pungkas Didiek yang didampingi Direktur Utama Pelindo III, Boy Robyanto dan Direktur Utama TPS Dothy. (*)
Yosi Arbianto