Ilustrasi - Dalam agresi Militer Belanda I, daerah Batu lebih dulu jatuh ke tangan Belanda dibanding Kota Malang. (Foto: Koleksi Tropenmuseum for BATUKITA.com)
BATUKITA.COM-Kota Batu - Dalam agresi Militer Belanda I, daerah Batu lebih dulu jatuh ke tangan Belanda dibanding Kota Malang.
Belanda menguasai daerah Batu pada 30 Juli 1947. Sebagian pasukan Belanda diam-diam menembus lembah antara Gunung Ajasmoro-Arjuno atau disebut "Celah Cangar, lalu menuju Batu.
Langkah Belanda menempuh jalur Cangar ini karena pasukan utama Belanda yang akan masuk Malang tertahan di Lawang akibat perlawanan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)-cikal bakal TNI-, santri dan rakyat.
Dari Batu inilah, pasukan Belanda turun ke Malang dan akhirnya turut menjebol pertahanan di Malang. Sehingga pasukan utama Belanda bisa masuk Malang dan dikuasai Belanda sehari setelah Batu, atau tepatnya 31 Juli 1947.
Sebenarnya ada tiga jalur invasi pasukan Belanda ke daerah Batu.
Disamping jalur utara: (1) Porong-Pacet-Batu, ada juga dua lajur lain di timur, yaitu: (2) Porong-Karangploso-Batu, dan (2) Kota Malang-Batu. Jalur timur ini bisa dilalui setelah pertahanan wilayah Lawang terbuka akibat bombardir serangan udara Belanda.
Diantara ketiganya, jalur utara bukanlah jalur invasi yang utama. Jumlah pasukan Belanda dari Brigade Infanteri yang menempuh jalur Pacet-Batu tidak seberapa besar. Mereka tiba di Batu pada tanggal 30 Juli 1947 setelah melewati medan yang sulit.
Keesokan harinya, sebagian darinya melanjutkan serangan ke Kota Malang.
Belanda menguasai daerah Batu pada 30 Juli 1947. Sebagian pasukan Belanda diam-diam menembus lembah antara Gunung Ajasmoro-Arjuno atau disebut "Celah Cangar, lalu menuju Batu.
Langkah Belanda menempuh jalur Cangar ini karena pasukan utama Belanda yang akan masuk Malang tertahan di Lawang akibat perlawanan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)-cikal bakal TNI-, santri dan rakyat.
Dari Batu inilah, pasukan Belanda turun ke Malang dan akhirnya turut menjebol pertahanan di Malang. Sehingga pasukan utama Belanda bisa masuk Malang dan dikuasai Belanda sehari setelah Batu, atau tepatnya 31 Juli 1947.
Sebenarnya ada tiga jalur invasi pasukan Belanda ke daerah Batu.
Disamping jalur utara: (1) Porong-Pacet-Batu, ada juga dua lajur lain di timur, yaitu: (2) Porong-Karangploso-Batu, dan (2) Kota Malang-Batu. Jalur timur ini bisa dilalui setelah pertahanan wilayah Lawang terbuka akibat bombardir serangan udara Belanda.
Diantara ketiganya, jalur utara bukanlah jalur invasi yang utama. Jumlah pasukan Belanda dari Brigade Infanteri yang menempuh jalur Pacet-Batu tidak seberapa besar. Mereka tiba di Batu pada tanggal 30 Juli 1947 setelah melewati medan yang sulit.
Keesokan harinya, sebagian darinya melanjutkan serangan ke Kota Malang.
Untuk menghadapi invasi arah utara, para pejuang kemerdekaan memfokuskan penghadangan gerak lawan di Batu Utara.
Sempat berlangsung baku tembak di perbatasan Batu Utara, yang menewaskan pejuang bernama Ikhwan Hadi. Nama ini saat ini dijadikan nama jalan di Kota Batu.
Memang kabar yang didengar oleh para pejuang adalah bahwa pasukan Belanda memasuki Batu dari arah utara.
Padahal, pasukan Belanda masuk ke Batu melalui tiga jalur. Oleh karena para pejuang kurang memperhitungkan invasi dari jalur timur. Akibatnya pasukan Belanda dapat menguasai Batu dengan relatif mudah, tanpa perlawanan yang berarti.
Padahal, sebenarnya kekuatan pasukan Belanda yang memasuki Batu kurang lebih hanya satu kompi.
Drs M Dwi Cahyono M.Hum dalam Sejarah Daerah Batu, Rekonstruksi Sosio-Budaya Lintas Masa (2011) menerangkan, sejatinya Belanda mulai Agresi Militer I pada 21 Juli 1947 yang bertepatan dengan Bulan Puasa.
Belanda mulai melancarkan Agresi Militer I dengan mengerahkan Brigade Infanteri dan Brigade Marine.
Brigade Infanteri Belanda KNIL yang berpangkalan di Surabaya menerobos garis pertahanan TKR Divisi VII (Untung Surapati) di Porong. Selanjutnya mereka bergerak ke selatan menuju Gempol, Pandaan dan Lawang untuk memasuki daerah Malang.
Sementara Brigade Marine yang mendaratkan pasukannya di Pasir Putih (Situbondo) bergerak ke arah timur menuju Bondowoso, Jember, Tanggul, Kencong dan Yosowilangun.
Sebagian lainnya diarahkan ke Besuki, Paiton, Probolinggo. Pasukan yang menuju ke arah ini selanjutnya dibagi ke dua jurusan, yaitu ke Lumajang dan ke Pasuruan.
Laju pasukan Brigade Marine dari Pasuruan ke Malang dilakukan bersamaan dengan gerak maju pasukan Brigade Infanteri dari Pandaan ke Malang.
Gerak pasukan Belanda ke arah selatan itu tidak berjalan lancar. Sebab wilayah sekitar Lawang dipertahankan dengan gigih oleh P3 (Pasukan Polisi Perjuangan), pasukan pelajar, pasukan santri dan beberapa pasukan masyarakat.
Jalan raya Lawang hingga Malang penuh dengan rintangan. Pohon-pohon besar ditebang dan ditumbangkan ke jalan, jebakan tank dan ranjau darat dijadikan barikade bagi gerak pasukan Belanda.
Menyadari persenjataan di wilayah Malang cukup lengkap (hasil rampasan milik Jepang), maka pasukan Belanda tidak segera memasuki daerah Malang.
Bahkan seminggu lamanya pasukan Belanda tertahan di Lawang. Mereka melihat Malang, termasuk juga daerah Batu, dipertahankan mati-matian oleh TKR Divisi VII Untung Soropati.
Setelah seminggu lamanya (21-28 Juli 1947) tertahan di pintu gerbang wilayah Malang, yakni di Lawang, semenjak dini hari (pukul 02.00) pasukan Belanda membombardir Kota Malang dengan serangan udara secara besar-besaran.
Pertahanan di Lawang pun hancur akibat serangan udara. Lalu pasukan gabungan (brigade infanteri dan marine) bergerak perlahan menuju ke Kota Malang.
Mula-mula berhasil menguasai Lapangan Terbang Singosari, dan selanjutnya bergerak maju hingga mencapai Blimbing.
Pasukan Belanda lainnya bergerak lewat lembah antara Gunung Anjasmoro-Arjuno atau "Celah Cangar", dengan terlebih dahulu menduduki Batu.
Sejak itu, para pejuang kemerdekaan di Malang Raya memasuki Era Perang Kemerdekaan I. (bersambung)
Yosi Arbianto
Sempat berlangsung baku tembak di perbatasan Batu Utara, yang menewaskan pejuang bernama Ikhwan Hadi. Nama ini saat ini dijadikan nama jalan di Kota Batu.
Memang kabar yang didengar oleh para pejuang adalah bahwa pasukan Belanda memasuki Batu dari arah utara.
Padahal, pasukan Belanda masuk ke Batu melalui tiga jalur. Oleh karena para pejuang kurang memperhitungkan invasi dari jalur timur. Akibatnya pasukan Belanda dapat menguasai Batu dengan relatif mudah, tanpa perlawanan yang berarti.
Padahal, sebenarnya kekuatan pasukan Belanda yang memasuki Batu kurang lebih hanya satu kompi.
Drs M Dwi Cahyono M.Hum dalam Sejarah Daerah Batu, Rekonstruksi Sosio-Budaya Lintas Masa (2011) menerangkan, sejatinya Belanda mulai Agresi Militer I pada 21 Juli 1947 yang bertepatan dengan Bulan Puasa.
Belanda mulai melancarkan Agresi Militer I dengan mengerahkan Brigade Infanteri dan Brigade Marine.
Brigade Infanteri Belanda KNIL yang berpangkalan di Surabaya menerobos garis pertahanan TKR Divisi VII (Untung Surapati) di Porong. Selanjutnya mereka bergerak ke selatan menuju Gempol, Pandaan dan Lawang untuk memasuki daerah Malang.
Sementara Brigade Marine yang mendaratkan pasukannya di Pasir Putih (Situbondo) bergerak ke arah timur menuju Bondowoso, Jember, Tanggul, Kencong dan Yosowilangun.
Sebagian lainnya diarahkan ke Besuki, Paiton, Probolinggo. Pasukan yang menuju ke arah ini selanjutnya dibagi ke dua jurusan, yaitu ke Lumajang dan ke Pasuruan.
Laju pasukan Brigade Marine dari Pasuruan ke Malang dilakukan bersamaan dengan gerak maju pasukan Brigade Infanteri dari Pandaan ke Malang.
Gerak pasukan Belanda ke arah selatan itu tidak berjalan lancar. Sebab wilayah sekitar Lawang dipertahankan dengan gigih oleh P3 (Pasukan Polisi Perjuangan), pasukan pelajar, pasukan santri dan beberapa pasukan masyarakat.
Jalan raya Lawang hingga Malang penuh dengan rintangan. Pohon-pohon besar ditebang dan ditumbangkan ke jalan, jebakan tank dan ranjau darat dijadikan barikade bagi gerak pasukan Belanda.
Menyadari persenjataan di wilayah Malang cukup lengkap (hasil rampasan milik Jepang), maka pasukan Belanda tidak segera memasuki daerah Malang.
Bahkan seminggu lamanya pasukan Belanda tertahan di Lawang. Mereka melihat Malang, termasuk juga daerah Batu, dipertahankan mati-matian oleh TKR Divisi VII Untung Soropati.
Setelah seminggu lamanya (21-28 Juli 1947) tertahan di pintu gerbang wilayah Malang, yakni di Lawang, semenjak dini hari (pukul 02.00) pasukan Belanda membombardir Kota Malang dengan serangan udara secara besar-besaran.
Pertahanan di Lawang pun hancur akibat serangan udara. Lalu pasukan gabungan (brigade infanteri dan marine) bergerak perlahan menuju ke Kota Malang.
Mula-mula berhasil menguasai Lapangan Terbang Singosari, dan selanjutnya bergerak maju hingga mencapai Blimbing.
Pasukan Belanda lainnya bergerak lewat lembah antara Gunung Anjasmoro-Arjuno atau "Celah Cangar", dengan terlebih dahulu menduduki Batu.
Sejak itu, para pejuang kemerdekaan di Malang Raya memasuki Era Perang Kemerdekaan I. (bersambung)
Yosi Arbianto
Baca juga:
- Sejarah Daerah Batu-Malang (1): Awal Mula Kehidupan Manusia di Daerah (Kota) Batu
- Sejarah Daerah Batu-Malang (2): Jejak Masa Megalitikum di Kota Batu
- Sejarah Daerah Batu-Malang (3): Religiositas Warga Batu Mulai Masa Megalitikum
- Sejarah Daerah Batu-Malang (4): Desa Batu Ada Sejak Hindu-Buddha Abad 10
- Sejarah Daerah Batu-Malang (5): Prasasti Sangguran Bukti Daerah Batu Istimewa
- Sejarah Daerah Batu-Malang (5A): Candi Mananjung Ditemukan
- Sejarah Daerah Batu-Malang (6): Raja Mpu Sindok Wariskan Candi Songgoriti
- Sejarah Daerah Batu Malang (6-A): Pemandian Warisan Mpu Sindok Diteruskan Belanda
- Sejarah Daerah Batu-Malang (7): Ken Arok, Lakon Kontroversial dari Batu-Malang
- Sejarah Daerah Batu-Malang (8): Zaman Majapahit, Batu-Malang Desa Agraris Otonom
- Sejarah Daerah Batu-Malang (9): Awal dan Corak Pengaruh Islam di Kota Batu
- Sejarah Daerah Batu Malang (10): Mbah Mbatu Bukan yang Pertama
- Sejarah Daerah Batu Malang (11): Awal Penjajah Kolonial Masuk Daerah Batu
- Sejarah Daerah Batu Malang (12): Masuknya Pertanian Kolonial di Daerah Batu
- Sejarah Daerah Batu Malang (13): Juragan & Saudagar Masa Kolonial
- Sejarah Daerah Batu Malang (14): Era Belanda, Batu di Bawah Kecamatan Sisir
- Sejarah Daerah Batu Malang (15): Jepang Datang ke Batu Hanya 60 Orang
- Sejarah Daerah Batu Malang (16): Batu Masa Kemerdekaan
- Sejarah Daerah Batu Malang (17): Agresi Militer 1, Belanda Kuasai Batu Lebih Dulu
- Sejarah Daerah Batu Malang (18): Pujon Jadi Basis Pejuang dan Pengungsi saat Agresi Belanda I
- Sejarah Daerah Batu Malang (19): Sebagian Nama Pahlawan saat Agresi Militer Belanda
- Sejarah Daerah Batu Malang (20): Kota Batu Saksi Bisu Kerugian Perjanjian Renville
- Sejarah Daerah Batu Malang (21): Mulai 1950, Batu di Bawah Kawedanan Pujon
- Sejarah Daerah Batu Malang (22): Tahun 1993-2001 Berstatus Kotatif Batu