Cabai yang diserang jamur Colletotrichum sp penyebab penyakit antraknos (Foto: courtesy Dr Parthasarathy Seethapathy, Amrita School of Agricultural Sciences, Amrita Vishwa Vidyapeetham, Bugwood org for BATUKITA.com)
BATUKITA.COM-Kota Batu - Salah satu penyebab penyakit pada tanaman adalah jamur atau cendawan. Untuk menekan pertumbuhan jamur tanaman bisa menggunakan fungisida.
Fungisida (fungicide) adalah senyawa kimia beracun untuk memberantas dan atau mencegah fungi/cendawan/jamur menyerang tanaman budidaya.
Pada umumnya, cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Namun, kumpulan benang halus ini -disebut miselium- bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bisa tumbuh di atas atau dalam tubuh inang.
Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembap, tanah asam dan selalu basah dengan suhu sekitar 25-30 derajat Celcius.
Cendawan merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sporanya masuk ke dalam bagian tanaman lalu mengadakan pembelahan dengan cara pembesaran sel yang tidak teratur. Akibatnya menimbulkan semacam bisul yang mengganggu transpor nutrisi.
Ada pula yang merusak jaringan sehingga menyebabkan jaringan busuk dan mati.
Menurut Rini Wudianto dalam Petunjuk Penggunaan Pestisida, secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah klorosis atau perubahan warna karena klorofil rusak pada jaringan tanaman.
Ada pula pembusukan pada bagian akar, batang, daun, atau bagian tanaman lain. Gejala lainnya muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun, batang, atau buah.
Berdasar cara menyerang sel cendawan, fungisida dibedakan menjadi tiga. Yakni fungisida kontak, fungisida sistemik dan fungisida kontak-sistemik.
Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang bila diaplikasikan pada tanaman akan meresap dan bertranslokasi ke bagian lain.
Aplikasi dapat melalui penyemprotan pada daun bagian bawah, cabang. Lalu bisa melalui tanah untuk selanjutnya diabsorbsi oleh akar. Cara yang lain bisa dengan injeksi melalui batang.
Mengacu pada fungsinya bagi tanaman, fungisida bisa diberikan sebagai bahan kimia eradikan (membunuh jamur) atau protektan (melindungi).
Eradikan diaplikasikan pada saat organisme pengganggu penyebab penyakit (patogen) sudah ada di dalam tanaman. Atau pada saat awal infeksi ada di permukaan tanaman atau di dalam bagian tanaman.
Untuk patogen yang masih ada di permukaan bagian tanaman cukup dikendalikan dengan fungisida kontak.
Namun, bagi patogen yang telah masuk ke dalam tanaman hanya dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik.
Fungisida sebagai protektan diaplikasikan pada permukaan bagian tanaman, misalnya batang, daun, dan buah sebelum terjadi infeksi penyakit. Bisa pula diaplikasikan sebelum patogen kontak dengan permukaan bagian tanaman.
Dari cara kerjanya, fungisida dibedakan atas tiga jenis. Yakni
Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk penyemprotan, bentuk serbuk padat untuk dicampur air atau ditaburkan. Ada yang bentuk gas untuk fumigasi.
Fungisida (fungicide) adalah senyawa kimia beracun untuk memberantas dan atau mencegah fungi/cendawan/jamur menyerang tanaman budidaya.
Pada umumnya, cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Namun, kumpulan benang halus ini -disebut miselium- bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bisa tumbuh di atas atau dalam tubuh inang.
Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembap, tanah asam dan selalu basah dengan suhu sekitar 25-30 derajat Celcius.
Cendawan merusak tanaman dengan berbagai cara. Misalnya sporanya masuk ke dalam bagian tanaman lalu mengadakan pembelahan dengan cara pembesaran sel yang tidak teratur. Akibatnya menimbulkan semacam bisul yang mengganggu transpor nutrisi.
Ada pula yang merusak jaringan sehingga menyebabkan jaringan busuk dan mati.
Menurut Rini Wudianto dalam Petunjuk Penggunaan Pestisida, secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah klorosis atau perubahan warna karena klorofil rusak pada jaringan tanaman.
Ada pula pembusukan pada bagian akar, batang, daun, atau bagian tanaman lain. Gejala lainnya muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun, batang, atau buah.
Berdasar cara menyerang sel cendawan, fungisida dibedakan menjadi tiga. Yakni fungisida kontak, fungisida sistemik dan fungisida kontak-sistemik.
Fungisida sistemik adalah senyawa kimia yang bila diaplikasikan pada tanaman akan meresap dan bertranslokasi ke bagian lain.
Aplikasi dapat melalui penyemprotan pada daun bagian bawah, cabang. Lalu bisa melalui tanah untuk selanjutnya diabsorbsi oleh akar. Cara yang lain bisa dengan injeksi melalui batang.
Mengacu pada fungsinya bagi tanaman, fungisida bisa diberikan sebagai bahan kimia eradikan (membunuh jamur) atau protektan (melindungi).
Eradikan diaplikasikan pada saat organisme pengganggu penyebab penyakit (patogen) sudah ada di dalam tanaman. Atau pada saat awal infeksi ada di permukaan tanaman atau di dalam bagian tanaman.
Untuk patogen yang masih ada di permukaan bagian tanaman cukup dikendalikan dengan fungisida kontak.
Namun, bagi patogen yang telah masuk ke dalam tanaman hanya dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik.
Fungisida sebagai protektan diaplikasikan pada permukaan bagian tanaman, misalnya batang, daun, dan buah sebelum terjadi infeksi penyakit. Bisa pula diaplikasikan sebelum patogen kontak dengan permukaan bagian tanaman.
Dari cara kerjanya, fungisida dibedakan atas tiga jenis. Yakni
- Fungisidal, yaitu membunuh jamur atau miselium.
- Fungistatik, yang berarti hanya menghambat pertumbuhan jamur.
- Genestatik yang berarti mencegah terjadinya sporulasi (pembentukan spora). Jenis ini mencegah jamur menyebar melalui spora.
Bentuk fungisida bermacam-macam. Ada yang cair untuk penyemprotan, bentuk serbuk padat untuk dicampur air atau ditaburkan. Ada yang bentuk gas untuk fumigasi.
Selain untuk mengendalikan serangan cendawan di areal pertanaman, fungisida juga banyak diterapkan pada buah dan sayur pascapanen.
John