Eddy Rumpoko, Wali Kota Batu Jawa Timur 2007-2017 wafat pada Kamis pagi, 30 November 2023 pukul 05.11 di RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah. Tampak anaknya, Dinasty Rumpoko memegang foto mendiang Eddy Rumpoko. Di sebelahnya adalah anak kedua, Ganisa Pratiwi Rumpoko ketika pemberangkatan jenazah ke TMP Kota Batu (Foto: BATUKITA.com)
BATUKITA.COM-Kota Batu - Eddy Rumpoko, Wali Kota Batu Jawa Timur 2007-2017 wafat pada Kamis pagi, 30 November 2023 pukul 05.11 di RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Wali Kota Batu dua periode itu meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit semenjak Senin, 27 November 2023.
Wali kota yang akrab disapa ER ini masuk rumah sakit karena sakit perut dan gangguan lambung yang mengakibatkan diare.
Diduga, sakit perut dan diare yang dialami Eddy karena makan bubur ayam dengan sambal pada hari Minggu, 26 November 2023. Dewanti menginformasikan tentang bubur ayam ini kepada para pelayat.
Eddy Rumpoko berada di Semarang karena masih menjadi warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang, Jawa Tengah.
Wali kota kelahiran Manado 8 Agustus 1960 ini menjalani hukuman selama 7 tahun penjara mulai 27 Maret 2023 atas kasus gratifikasi.
Mahkamah Agung menolak kasasi atas kasus gratifikasi ini, yang diajukan kuasa hukum ER pada 23 Agustus 2022 lalu.
Kurungan 7 tahun penjara itu adalah hukuman kedua bagi Eddy. Sebab Eddy semenjak 17 September 2017 juga telah menjalani hukuman atas kasus korupsi.
Di kasus pertama, Mahkamah Agung memperberat hukuman menjadi 5 tahun 6 bulan dari sebelumnya diputus PN Surabaya 3 tahun dan putusan banding PT Surabaya 3 tahun 6 bulan.
Semenjak 17 September 2017, Eddy tidak pernah mengajukan remisi. Sehingga bila dihitung masa hukuman kasus pertama, maka ia harusnya bebas Maret 2023.
Namun, Eddy harus kembali menjadi warga binaan Lapas mulai 27 Maret 2023 karena kasus kedua. Ia pun menjalaninya dengan ikhlas.
Kepada para jurnalis di Semarang, Usman Madjid menyatakan Eddy meninggal setelah menjalani perawatan medis di RSUP Dr Kariadi.
Usman menjelaskan, Eddy mengeluhkan sakit perut sejak Minggu 26 November 2023 dan telah mendapat penanganan dari dokter lapas.
Setelah sempat membaik pada Senin 27 November 2023, Eddy kembali mengeluh sakit hingga akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi.
"Kami sudah berkoordinasi dengan keluarga yang bersangkutan dan telah menemani selama dirawat di rumah sakit," kata Usman dalam keterangan resmi di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Tim dokter di RSUP Dr Kariadi sempat memberitahukan kondisi pasien membaik pada Rabu 29 November 2023. Bahkan Eddy direncanakan kembali ke lapas pada Kamis.
Namun, Kamis, sekitar pukul 05.11 WIB, Eddy Rumpoko dilaporkan meninggal dunia oleh petugas rumah sakit karena gagal jantung.
Selama menjalani hukuman di Lapas Kelas I Semarang, Usman menyatakan Eddy memiliki catatan kesehatan berupa penyakit diabetes dan gangguan jantung kronis.
"Selama ini, yang bersangkutan sudah menjalani rawat jalan dengan dokter RSUP Dr Kariadi," ujar Usman.
Setelah subuh, perawat hendak memeriksa tensi ER. Ketika dipegang, Eddy tidak bergerak meski tangannya masih hangat.
Perawat pun memanggil Dewanti untuk membangunkan Eddy. Namun panggilan dan tepukan lembut Dewanti tak jua membangunkan Eddy.
"Mas Eddy meninggal dalam posisi tidur miring. Ia tersenyum. Saya iklhas atas kepergian Mas Eddy. Saya bersyukur bisa menemani Mas Eddy di hari terakhirnya," ungkap Dewanti sebelum pemberangkatan jenazah ke makam usai disalati di Masjid Brigjen Sugiyono, kompleks Balaikota Among Tani Kota Batu, Kamis siang.
Dewanti menceritakan kondisi terakhir Wali Kota Batu kedua ini ketika ngobrol pada Rabu malam. Eddy minta nasi goreng dan sate kambing.
Eddy memakan nasi goreng hanya seperempat porsi. Lalu Eddy meminta Dewanti menghabiskannya.
Eddy kemudian memakan sate kambing. Ia habis tujuh tusuk sate kambing. Hal itu membuat Dewanti heran. Sebab biasanya ER hanya makan sate kambing satu hingga dua tusuk saja.
Eddy lalu meminta Dewanti menghabiskan sate kambing yang tersisa. "Saya diminta menghabiskan sate tidak sanggup, karena sebelumnya sudah menghabiskan nasi goreng tiga perempat porsi," kata Dewanti.
Dalam obrolan malam suami istri di rumah sakit itu, Eddy mengatakan bahwa ia ingin pulang ke Kota Batu esok hari (Kamis, Red).
Dewanti pun mengiyakan saja permintaan suaminya itu. "Hari ini (Kamis), Mas Eddy pulang ke Kota Batu. Kembalinya ke Kota Batu disambut dengan bunga yang bermekaran di sepanjang jalan. Mas Eddy pulang dengan tersenyum," jelas Dewanti berlinang air mata.
Sore sebelumnya, Eddy meminta dibelikan dua kaus berwarna hitam dan cokelat. Untuk kaus hitam berukuran "M". Eddy beralasan ia sudah ramping sehingga mungkin muat bagi tubuhnya.
"Ketika dicoba ternyata tidak muat. Lalu diberikan kepada yang berangkat membelikan. Hari ini (Kamis), kaus pemberian Mas Eddy itu dipakai olehnya (orang yang disuruh membelikan, Red)," tutur Dewanti.
Dengan jiwa kewirausahaan dan "entertain", ER mengembalikan predikat daerah Batu sebagai kota wisata.
Ketika memimpin Kota Batu pada 2007, kondisi pariwisata di Kota Batu sedang terpuruk. Lokasi wisata legendaris Kota Batu, misalnya Songgoriti, Selecta dan wisata alam, air terjun dan hutan tak maksimal menarik wisatawan.
Hotel-hotel di Kota Batu pun kalah bersaing dengan Kota Malang. Akibat makin sepi wisatawan itu, banyak hotel, rumah makan dan pelengkap wisata lainnya yang dijual murah.
Sektor pertanian juga stagnan. Apalagi produksi buah apel Batu sudah tidak seproduktif tahun-tahun sebelumnya. Pertanian sayur juga tidak terlalu besar perputaran uangnya.
Ketika menjadi wali kota itu, Eddy tidak mau "bersantai" hanya menjalankan urusan pokok/wajib pemerintahan (pendidikan, kesra, binamarga, pekerjaan umum, dll).
Ia ingin memajukan Kota Batu. Ia berpikir sederhana. Kemajuan sebuah wilayah identik dengan besarnya perputaran uang di masyarakat.
Cara meningkatkan perputaran uang tidak bisa mengandalkan dana pemerintah setempat. Ia harus mengundang orang atau instansi datang ke Kota Batu agar membelanjakan uangnya.
Modal Kota Batu adalah wisata yang telah terkenal semenjak zaman Belanda. Sehingga ia pun menggenjot pariwisata dan promosinya.
Pembangunan wisata buatan mulai Jatim Park 1, 2 dan grupnya berkontribusi banyak menarik orang luar kota untuk datang dan berbelanja ke Kota Batu.
Pembangunan alun-alun, kawasan paralayang, coban talun, rehabilitasi Selecta, Balaikota Among Tani, kawasan hutan, coban, dan desa-desa wisata juga mendorong Kota Batu bangkit sebagai Kota Wisata.
Beragam konser, pameran, pertunjukan dan even-even nasional internasional dihelat di Kota Batu.
Wisatawan pun melonjak. Vila, hotel, restoran dan perumahan pun berdiri bertebaran. Harga tanah pun melesat.
"Konsekuensi sebagai Kota Wisata adalah harus terus menciptakan wisata dan hal baru," ungkap Eddy suatu waktu kepada BatuKita.
Ia pun telah menyiapkan kereta gantung, wisata religi modern, dan banyak lagi konsep wisata baru.
Eddy juga menyiapkan pembangunan sektor pertanian setelah sektor wisata menggelinding bak bola salju.
Itulah salah satu alasan ia mendirikan institusi Among Tani Foundation. "Among" dalam bahasa Jawa berarti memelihara, mengasuh, momong, menjaga gagasan, menjaga cita-cita. Among tani bisa diartikan memelihara atau mengasuh tani (pertanian, petani).
Nama Among Tani juga dipakai untuk menamai Balaikota Batu.
Eddy sadar bahwa pembangunan akan memunculkan jurang pemisah antara kaum miskin dan menengah.
Untuk itu, ia mencoba mengangkat kaum papa, PKL, anak jalanan, UMKM, para veteran, pensiunan, orang sepuh, anak sekolah, buruh tani dan kaum marginal dengan program dari dana APBD. Ia berharap jurang pemisah tidak makin lebar.
Setelah sepuluh tahun, langkah Eddy membangun Kota Wisata Batu tersendat. Ia harus lengser dan berurusan dengan hukum di akhir masa jabatannya.
Hingga kiprahnya terhenti sama sekali pada 30 November 2023 di usia 63 tahun. (#)
Yosi Arbianto
Wali Kota Batu dua periode itu meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit semenjak Senin, 27 November 2023.
Wali kota yang akrab disapa ER ini masuk rumah sakit karena sakit perut dan gangguan lambung yang mengakibatkan diare.
Diduga, sakit perut dan diare yang dialami Eddy karena makan bubur ayam dengan sambal pada hari Minggu, 26 November 2023. Dewanti menginformasikan tentang bubur ayam ini kepada para pelayat.
Eddy Rumpoko berada di Semarang karena masih menjadi warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang, Jawa Tengah.
Wali kota kelahiran Manado 8 Agustus 1960 ini menjalani hukuman selama 7 tahun penjara mulai 27 Maret 2023 atas kasus gratifikasi.
Mahkamah Agung menolak kasasi atas kasus gratifikasi ini, yang diajukan kuasa hukum ER pada 23 Agustus 2022 lalu.
Kurungan 7 tahun penjara itu adalah hukuman kedua bagi Eddy. Sebab Eddy semenjak 17 September 2017 juga telah menjalani hukuman atas kasus korupsi.
Di kasus pertama, Mahkamah Agung memperberat hukuman menjadi 5 tahun 6 bulan dari sebelumnya diputus PN Surabaya 3 tahun dan putusan banding PT Surabaya 3 tahun 6 bulan.
Semenjak 17 September 2017, Eddy tidak pernah mengajukan remisi. Sehingga bila dihitung masa hukuman kasus pertama, maka ia harusnya bebas Maret 2023.
Namun, Eddy harus kembali menjadi warga binaan Lapas mulai 27 Maret 2023 karena kasus kedua. Ia pun menjalaninya dengan ikhlas.
Gagal Jantung
Kepala Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang, Jawa Tengah Usman Madjid menyatakan Eddy Rumpoko meninggal dunia karena gagal jantung (cardiac arrest) pada Kamis, 30 November 2023 pagi hari.Kepada para jurnalis di Semarang, Usman Madjid menyatakan Eddy meninggal setelah menjalani perawatan medis di RSUP Dr Kariadi.
Usman menjelaskan, Eddy mengeluhkan sakit perut sejak Minggu 26 November 2023 dan telah mendapat penanganan dari dokter lapas.
Setelah sempat membaik pada Senin 27 November 2023, Eddy kembali mengeluh sakit hingga akhirnya dirujuk ke RSUP Dr Kariadi.
"Kami sudah berkoordinasi dengan keluarga yang bersangkutan dan telah menemani selama dirawat di rumah sakit," kata Usman dalam keterangan resmi di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
Tim dokter di RSUP Dr Kariadi sempat memberitahukan kondisi pasien membaik pada Rabu 29 November 2023. Bahkan Eddy direncanakan kembali ke lapas pada Kamis.
Namun, Kamis, sekitar pukul 05.11 WIB, Eddy Rumpoko dilaporkan meninggal dunia oleh petugas rumah sakit karena gagal jantung.
Selama menjalani hukuman di Lapas Kelas I Semarang, Usman menyatakan Eddy memiliki catatan kesehatan berupa penyakit diabetes dan gangguan jantung kronis.
"Selama ini, yang bersangkutan sudah menjalani rawat jalan dengan dokter RSUP Dr Kariadi," ujar Usman.
Nasi Goreng dan Sate Kambing
Eddy Rumpoko meninggal dengan tenang. Ia diketahui telah meninggal pagi harinya setelah tidur malam. Ia meninggal dalam posisi miring.Setelah subuh, perawat hendak memeriksa tensi ER. Ketika dipegang, Eddy tidak bergerak meski tangannya masih hangat.
Perawat pun memanggil Dewanti untuk membangunkan Eddy. Namun panggilan dan tepukan lembut Dewanti tak jua membangunkan Eddy.
"Mas Eddy meninggal dalam posisi tidur miring. Ia tersenyum. Saya iklhas atas kepergian Mas Eddy. Saya bersyukur bisa menemani Mas Eddy di hari terakhirnya," ungkap Dewanti sebelum pemberangkatan jenazah ke makam usai disalati di Masjid Brigjen Sugiyono, kompleks Balaikota Among Tani Kota Batu, Kamis siang.
Dewanti menceritakan kondisi terakhir Wali Kota Batu kedua ini ketika ngobrol pada Rabu malam. Eddy minta nasi goreng dan sate kambing.
Eddy memakan nasi goreng hanya seperempat porsi. Lalu Eddy meminta Dewanti menghabiskannya.
Eddy kemudian memakan sate kambing. Ia habis tujuh tusuk sate kambing. Hal itu membuat Dewanti heran. Sebab biasanya ER hanya makan sate kambing satu hingga dua tusuk saja.
Eddy lalu meminta Dewanti menghabiskan sate kambing yang tersisa. "Saya diminta menghabiskan sate tidak sanggup, karena sebelumnya sudah menghabiskan nasi goreng tiga perempat porsi," kata Dewanti.
Dalam obrolan malam suami istri di rumah sakit itu, Eddy mengatakan bahwa ia ingin pulang ke Kota Batu esok hari (Kamis, Red).
Dewanti pun mengiyakan saja permintaan suaminya itu. "Hari ini (Kamis), Mas Eddy pulang ke Kota Batu. Kembalinya ke Kota Batu disambut dengan bunga yang bermekaran di sepanjang jalan. Mas Eddy pulang dengan tersenyum," jelas Dewanti berlinang air mata.
Sore sebelumnya, Eddy meminta dibelikan dua kaus berwarna hitam dan cokelat. Untuk kaus hitam berukuran "M". Eddy beralasan ia sudah ramping sehingga mungkin muat bagi tubuhnya.
"Ketika dicoba ternyata tidak muat. Lalu diberikan kepada yang berangkat membelikan. Hari ini (Kamis), kaus pemberian Mas Eddy itu dipakai olehnya (orang yang disuruh membelikan, Red)," tutur Dewanti.
Bangkitkan Kota Wisata Batu
Lepas dari pandangan positif dan negatifnya, kepemimpinan Eddy Rumpoko selama dua periode membawa perubahan besar bagi Kota Batu.Dengan jiwa kewirausahaan dan "entertain", ER mengembalikan predikat daerah Batu sebagai kota wisata.
Ketika memimpin Kota Batu pada 2007, kondisi pariwisata di Kota Batu sedang terpuruk. Lokasi wisata legendaris Kota Batu, misalnya Songgoriti, Selecta dan wisata alam, air terjun dan hutan tak maksimal menarik wisatawan.
Hotel-hotel di Kota Batu pun kalah bersaing dengan Kota Malang. Akibat makin sepi wisatawan itu, banyak hotel, rumah makan dan pelengkap wisata lainnya yang dijual murah.
Sektor pertanian juga stagnan. Apalagi produksi buah apel Batu sudah tidak seproduktif tahun-tahun sebelumnya. Pertanian sayur juga tidak terlalu besar perputaran uangnya.
Ketika menjadi wali kota itu, Eddy tidak mau "bersantai" hanya menjalankan urusan pokok/wajib pemerintahan (pendidikan, kesra, binamarga, pekerjaan umum, dll).
Ia ingin memajukan Kota Batu. Ia berpikir sederhana. Kemajuan sebuah wilayah identik dengan besarnya perputaran uang di masyarakat.
Cara meningkatkan perputaran uang tidak bisa mengandalkan dana pemerintah setempat. Ia harus mengundang orang atau instansi datang ke Kota Batu agar membelanjakan uangnya.
Modal Kota Batu adalah wisata yang telah terkenal semenjak zaman Belanda. Sehingga ia pun menggenjot pariwisata dan promosinya.
Pembangunan wisata buatan mulai Jatim Park 1, 2 dan grupnya berkontribusi banyak menarik orang luar kota untuk datang dan berbelanja ke Kota Batu.
Pembangunan alun-alun, kawasan paralayang, coban talun, rehabilitasi Selecta, Balaikota Among Tani, kawasan hutan, coban, dan desa-desa wisata juga mendorong Kota Batu bangkit sebagai Kota Wisata.
Beragam konser, pameran, pertunjukan dan even-even nasional internasional dihelat di Kota Batu.
Wisatawan pun melonjak. Vila, hotel, restoran dan perumahan pun berdiri bertebaran. Harga tanah pun melesat.
"Konsekuensi sebagai Kota Wisata adalah harus terus menciptakan wisata dan hal baru," ungkap Eddy suatu waktu kepada BatuKita.
Ia pun telah menyiapkan kereta gantung, wisata religi modern, dan banyak lagi konsep wisata baru.
Eddy juga menyiapkan pembangunan sektor pertanian setelah sektor wisata menggelinding bak bola salju.
Itulah salah satu alasan ia mendirikan institusi Among Tani Foundation. "Among" dalam bahasa Jawa berarti memelihara, mengasuh, momong, menjaga gagasan, menjaga cita-cita. Among tani bisa diartikan memelihara atau mengasuh tani (pertanian, petani).
Nama Among Tani juga dipakai untuk menamai Balaikota Batu.
Eddy sadar bahwa pembangunan akan memunculkan jurang pemisah antara kaum miskin dan menengah.
Untuk itu, ia mencoba mengangkat kaum papa, PKL, anak jalanan, UMKM, para veteran, pensiunan, orang sepuh, anak sekolah, buruh tani dan kaum marginal dengan program dari dana APBD. Ia berharap jurang pemisah tidak makin lebar.
Setelah sepuluh tahun, langkah Eddy membangun Kota Wisata Batu tersendat. Ia harus lengser dan berurusan dengan hukum di akhir masa jabatannya.
Hingga kiprahnya terhenti sama sekali pada 30 November 2023 di usia 63 tahun. (#)
Yosi Arbianto