Sebuah studi di Amerika mengungkapkan orang yang menghirup asap kendaraan bermotor mengalami peningkatan tekanan darah. Ilustrasi asap kendaraan bermotor (courtesy ubc.ca for BATUKITA.com)
BATUKITA.COM-Kota Batu - Sebuah studi di Amerika mengungkapkan orang yang menghirup polusi asap kendaraan bermotor mengalami peningkatan tekanan darah.
Kesimpulan itu didapat oleh tim University of Washington yang mengevaluasi risiko kesehatan penumpang yang melakukan perjalanan di jalan raya yang sibuk.
Mereka menemukan polusi dari lalu lintas padat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Derajat peningkatan tekanan setara dengan efek diet tinggi natrium.
Studi ini dipublikasikan di Annals of Internal Medicine yang dikutip BatuKita via Medical Daily, Rabu, 29 November 2023.
"Tubuh memiliki serangkaian sistem yang kompleks untuk menjaga tekanan darah di otak Anda tetap sama sepanjang waktu. Namun polusi udara terkait dengan lalu lintas mengganggu tekanan darah,” kata Joel Kaufman, yang memimpin penelitian tersebut.
Dalam penelitian itu, para peneliti memantau tekanan darah peserta sehat berusia antara 22 dan 45 tahun ketika mereka melewati jam sibuk lalu lintas Seattle.
Selama dua kali berkendara, udara jalanan tanpa filter diperbolehkan masuk ke dalam mobil.
Lalu pada perjalanan ketiga, filter HEPA (udara partikulat efisiensi tinggi) memblokir 86 persen polusi partikulat.
Dalam penelitian ini, peserta tidak menyadari apakah mereka menghirup udara bersih atau udara tanpa filter.
"Menghirup udara tanpa filter mengakibatkan peningkatan tekanan darah bersih lebih dari 4,50 mm Hg bila dibandingkan dengan berkendara dengan udara yang disaring. Peningkatan tersebut terjadi dengan cepat, mencapai puncaknya sekitar satu jam setelah berkendara dan tetap stabil setidaknya selama 24 jam, " tulis para peneliti.
Sayangnya, penelitian ini tidak meneliti variasi tekanan darah melebihi batas 24 jam.
Kaufman mengatakan, peningkatan kecil dalam tekanan darah seperti ini berhubungan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular yang signifikan.
Ada pemahaman yang berkembang bahwa polusi udara berkontribusi terhadap masalah jantung.
"Bahwa polusi udara di jalan raya pada tingkat yang relatif rendah dapat mempengaruhi tekanan darah sebesar ini, merupakan bagian penting dari teka-teki yang kami coba pecahkan,” kata Kaufman.
Kondisi polusi jalan raya yang dilalui itu sejatinya tidak terlalu tinggi. Tingkat polusi keseluruhan yang diukur dengan konsentrasi partikel halus (PM 2.5) relatif rendah dalam penelitian ini.
Namu, udara tanpa filter mengandung partikel ultrahalus tingkat tinggi. Partikel ultrahalus merupakan polutan yang tidak diatur dengan ukuran diameter kurang dari 100 nanometer. Partikel ultrahalus ini telah menjadi sumber kekhawatiran di kalangan pakar kesehatan masyarakat.
Michael Young, penulis utama studi tersebut mengatakan, "Penelitian ini menarik karena menggunakan desain standar tinggi untuk penelitian laboratorium dan menerapkannya di jalan raya, menjawab pertanyaan penting tentang dampak kesehatan dari paparan di dunia nyata,".
"Penelitian mengenai topik ini sering kali memiliki tantangan dalam memisahkan dampak polusi dari paparan jalan raya lainnya seperti stres dan kebisingan, namun dengan pendekatan kami, satu-satunya perbedaan antara hari-hari berkendara adalah konsentrasi polusi udara,” kata Young.
"Temuan ini berharga karena dapat mereproduksi situasi yang dialami jutaan orang setiap hari.” ungkap Young. (#)
Yosi Arbianto
Kesimpulan itu didapat oleh tim University of Washington yang mengevaluasi risiko kesehatan penumpang yang melakukan perjalanan di jalan raya yang sibuk.
Mereka menemukan polusi dari lalu lintas padat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Derajat peningkatan tekanan setara dengan efek diet tinggi natrium.
Studi ini dipublikasikan di Annals of Internal Medicine yang dikutip BatuKita via Medical Daily, Rabu, 29 November 2023.
"Tubuh memiliki serangkaian sistem yang kompleks untuk menjaga tekanan darah di otak Anda tetap sama sepanjang waktu. Namun polusi udara terkait dengan lalu lintas mengganggu tekanan darah,” kata Joel Kaufman, yang memimpin penelitian tersebut.
Dalam penelitian itu, para peneliti memantau tekanan darah peserta sehat berusia antara 22 dan 45 tahun ketika mereka melewati jam sibuk lalu lintas Seattle.
Selama dua kali berkendara, udara jalanan tanpa filter diperbolehkan masuk ke dalam mobil.
Lalu pada perjalanan ketiga, filter HEPA (udara partikulat efisiensi tinggi) memblokir 86 persen polusi partikulat.
Dalam penelitian ini, peserta tidak menyadari apakah mereka menghirup udara bersih atau udara tanpa filter.
"Menghirup udara tanpa filter mengakibatkan peningkatan tekanan darah bersih lebih dari 4,50 mm Hg bila dibandingkan dengan berkendara dengan udara yang disaring. Peningkatan tersebut terjadi dengan cepat, mencapai puncaknya sekitar satu jam setelah berkendara dan tetap stabil setidaknya selama 24 jam, " tulis para peneliti.
Sayangnya, penelitian ini tidak meneliti variasi tekanan darah melebihi batas 24 jam.
Kaufman mengatakan, peningkatan kecil dalam tekanan darah seperti ini berhubungan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular yang signifikan.
Ada pemahaman yang berkembang bahwa polusi udara berkontribusi terhadap masalah jantung.
"Bahwa polusi udara di jalan raya pada tingkat yang relatif rendah dapat mempengaruhi tekanan darah sebesar ini, merupakan bagian penting dari teka-teki yang kami coba pecahkan,” kata Kaufman.
Kondisi polusi jalan raya yang dilalui itu sejatinya tidak terlalu tinggi. Tingkat polusi keseluruhan yang diukur dengan konsentrasi partikel halus (PM 2.5) relatif rendah dalam penelitian ini.
Namu, udara tanpa filter mengandung partikel ultrahalus tingkat tinggi. Partikel ultrahalus merupakan polutan yang tidak diatur dengan ukuran diameter kurang dari 100 nanometer. Partikel ultrahalus ini telah menjadi sumber kekhawatiran di kalangan pakar kesehatan masyarakat.
Michael Young, penulis utama studi tersebut mengatakan, "Penelitian ini menarik karena menggunakan desain standar tinggi untuk penelitian laboratorium dan menerapkannya di jalan raya, menjawab pertanyaan penting tentang dampak kesehatan dari paparan di dunia nyata,".
"Penelitian mengenai topik ini sering kali memiliki tantangan dalam memisahkan dampak polusi dari paparan jalan raya lainnya seperti stres dan kebisingan, namun dengan pendekatan kami, satu-satunya perbedaan antara hari-hari berkendara adalah konsentrasi polusi udara,” kata Young.
"Temuan ini berharga karena dapat mereproduksi situasi yang dialami jutaan orang setiap hari.” ungkap Young. (#)
Yosi Arbianto