Tradisi patrol atau memukul kentongan membangunkan warga untuk makan sahur tidak elok dilakukan dengan bising dan tidak beradab. Foto tradisi pukul kentongan yang dilakukan anak-anak tempo dulu. (Foto: courtesy entuganhulu for (BATUKITA.com)
BATUKITA.COM-Jakarta - Tradisi patrol atau memukul kentongan atau bunyi-bunyian membangunkan warga untuk makan sahur tidak elok dilakukan dengan bising.
Perkembangan zaman membuat tradisi mulia itu tercemar dengan penggunaan sound system volume tinggi, musik DJ remix atau iringan musik non religi.
Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Idris Mas'udi memberikan pandangan tentang tradisi membangunkan warga di waktu sahur.
"Untuk dalil anjuran sejauh yang saya pahami tidak ada, tapi tradisi membangunkan sahur memiliki sejarah yang panjang," katanya di Jakarta, Senin, 25 Maret 2024 via Antara.
Dalam sebuah riwayat sejarah, lanjutnya, sahabat Rasulullah SAW Bilal bin Rabbah dikenal sebagai orang pertama yang membangunkan warga untuk sahur. Caranya dengan mengumandangkan azan.
Tradisi atas praktik membangunkan sahur ini, kata dia, berkembang seiring perkembangan zaman. Yakni menggunakan beragam cara dan alat yang digunakan.
Penggunaan alat pengeras suara pada dasarnya harus memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-aspek manfaat dan mafsadat-nya (akibat buruk).
Jika memang memberikan dampak mafsadat yang nyata, seperti bising dan mengganggu orang lain, menurutnya, tersebut tidak baik.
Jadi, kata dia, intinya harus melihat aspek kerelaan masyarakat sekitar juga, terlebih di masyarakat yang cukup plural.
Jangan sampai dengan membangunkan sahur itu justru merusak atau mengganggu waktu istirahat masyarakat.
Di titik ini tradisi membangunkan sahur boleh dilakukan dengan cara-cara yang elok, arif dan beradab, termasuk alat-alat yang digunakannya. (#)
John