Harga kakao dunia diprediksi akan terus melonjak hingga 2025. Kenaikan drastis harga biji cokelat ini dimulai sekitar Agustus 2023 lalu. Grafik harga kakao selama 10 tahun terakhir. (Foto: courtesy tradingeconomic,com) for BATUKITA.com)
BATUKITA.COM-Kota Batu - Harga kakao dunia diprediksi akan terus melonjak hingga 2025.
Kenaikan drastis harga biji cokelat ini dimulai sekitar Agustus 2023 lalu dan hingga kini belum ada tanda-tanda turun, malah semakin naik.
Harga per 5 April 2024 mencapai 9795 dolar Amerika per metrik ton. Pada 8 Agustus 2023 harganya masih 3329,1 dolar Amerika per metrik ton.
Tren kenaikan kali ini adalah yang paling tinggi sepanjang 10 tahun terakhir. Bahkan tertinggi sepanjang kurun waktu 50 tahun terakhir.
Analis dari Bloomberg Intelligence, Diana Gomes, memperkirakan harga kakao akan melesat pada Hari Paskah 2025.
"Cokelat akan lebih mahal pada perayaan Paskah 2025 terutama jika penyakit pohon kakao dan musim buruk yang berkepanjangan di tengah defiistnya pasokan," tutur Gomes, kepada Bloomberg via CNBC Indonesia .
Harga kakao diprediksi masih berada di harga tinggi karena tengah menghadapi defisit pasokan tahunan.
Defisit terjadi setelah negara-negara penting di Afrika Barat melaporkan hasil panen yang buruk. Rendahnya hasil produksi itu telah mengguncang pasar.
Dunia sedang menghadapi defisit pasokan kakao terbesar lebih dari 60 tahun dan konsumen mungkin mulai merasakan dampaknya pada akhir 2024 ini atau awal tahun 2025.
Organisasi Kakao Internasional memperkirakan defisit pasokan sebesar 374.000 ton untuk musim 2023 hingga 2024. Defisit meningkat 405 persen dari defisit 74.000 ton pada musim sebelumnya.
Selain itu, melambungnya harga kakao karena gangguan pasokan di negara-negara produsen utama di Pantai Gading dan Ghana. Kedua negara tersebut mewakili sekitar 60 persen produksi kakao global.
Tanaman kakao telah terserang penyakit polong hitam dan virus tunas bengkak.
Lebih dari itu, banyak pohon yang telah melampaui potensi hasil maksimalnya karena belum ada penanaman lagi (replanting) secara besar-besaran sejak awal 2000-an.
Hujan deras memperburuk masalah penyakit pada tanaman. Fenomena cuaca El NiƱo juga menyebabkan kondisi lebih kering yang mengakibatkan hasil panen kakao lebih rendahnya dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Angin musiman yang merusak tahun ini lebih ekstrem, dan juga mempengaruhi hasil panen.
Para petani di Pantai Gading semakin banyak yang meninggalkan produksi kakao dan beralih ke tanaman yang lebih menguntungkan seperti karet.
Pemerintah Ghana dan Pantai Gading menetapkan harga tetap bagi para petani pada awal musim, sehingga mereka tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga yang terjadi saat ini.
Kenaikan harga kakao baru-baru ini kemungkinan besar disebabkan oleh kepanikan di antara beberapa pembeli komersial, kecil kemungkinan karena spekulasi pasar.
Lonjakan harga kakao pun telah memukul raksasa coklat Hershey, yang memperkirakan pendapatannya stagnan untuk tahun ini.
Saham Hershey turun sekitar 22 persen selama 12 bulan terakhir. Sementara saham Nestle yang terdaftar di Swiss telah merosot sekitar 13 persen pada periode yang sama.(#)
Yosi Arbianto
Kenaikan drastis harga biji cokelat ini dimulai sekitar Agustus 2023 lalu dan hingga kini belum ada tanda-tanda turun, malah semakin naik.
Harga per 5 April 2024 mencapai 9795 dolar Amerika per metrik ton. Pada 8 Agustus 2023 harganya masih 3329,1 dolar Amerika per metrik ton.
Tren kenaikan kali ini adalah yang paling tinggi sepanjang 10 tahun terakhir. Bahkan tertinggi sepanjang kurun waktu 50 tahun terakhir.
Analis dari Bloomberg Intelligence, Diana Gomes, memperkirakan harga kakao akan melesat pada Hari Paskah 2025.
"Cokelat akan lebih mahal pada perayaan Paskah 2025 terutama jika penyakit pohon kakao dan musim buruk yang berkepanjangan di tengah defiistnya pasokan," tutur Gomes, kepada Bloomberg via CNBC Indonesia .
Harga kakao diprediksi masih berada di harga tinggi karena tengah menghadapi defisit pasokan tahunan.
Defisit terjadi setelah negara-negara penting di Afrika Barat melaporkan hasil panen yang buruk. Rendahnya hasil produksi itu telah mengguncang pasar.
Dunia sedang menghadapi defisit pasokan kakao terbesar lebih dari 60 tahun dan konsumen mungkin mulai merasakan dampaknya pada akhir 2024 ini atau awal tahun 2025.
Organisasi Kakao Internasional memperkirakan defisit pasokan sebesar 374.000 ton untuk musim 2023 hingga 2024. Defisit meningkat 405 persen dari defisit 74.000 ton pada musim sebelumnya.
Selain itu, melambungnya harga kakao karena gangguan pasokan di negara-negara produsen utama di Pantai Gading dan Ghana. Kedua negara tersebut mewakili sekitar 60 persen produksi kakao global.
Tanaman kakao telah terserang penyakit polong hitam dan virus tunas bengkak.
Lebih dari itu, banyak pohon yang telah melampaui potensi hasil maksimalnya karena belum ada penanaman lagi (replanting) secara besar-besaran sejak awal 2000-an.
Hujan deras memperburuk masalah penyakit pada tanaman. Fenomena cuaca El NiƱo juga menyebabkan kondisi lebih kering yang mengakibatkan hasil panen kakao lebih rendahnya dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Angin musiman yang merusak tahun ini lebih ekstrem, dan juga mempengaruhi hasil panen.
Para petani di Pantai Gading semakin banyak yang meninggalkan produksi kakao dan beralih ke tanaman yang lebih menguntungkan seperti karet.
Pemerintah Ghana dan Pantai Gading menetapkan harga tetap bagi para petani pada awal musim, sehingga mereka tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga yang terjadi saat ini.
Kenaikan harga kakao baru-baru ini kemungkinan besar disebabkan oleh kepanikan di antara beberapa pembeli komersial, kecil kemungkinan karena spekulasi pasar.
Lonjakan harga kakao pun telah memukul raksasa coklat Hershey, yang memperkirakan pendapatannya stagnan untuk tahun ini.
Saham Hershey turun sekitar 22 persen selama 12 bulan terakhir. Sementara saham Nestle yang terdaftar di Swiss telah merosot sekitar 13 persen pada periode yang sama.(#)
Yosi Arbianto